Ketika mimpi itu mulai terangan-angan, mimpi untuk bisa
meringankan beban mereka. Mereka yang perlu uluran bantuan dan juga semangat di
tengah kerasnya kehidupan. Hati
ini mulai tergerak ingin melakukan sesuatu, sesuatu yang bisa
meringankan beban mereka. Maka
saat itulah perlahan kaki ini kulangkahkan. Langkah demi langkah kusatukan demi
tujuan mulia, dan ketika langkah itu sampai pada tempat persinggahan awal, maka
kusampaikan mimpiku itu kepada teman-teman, impian itu sepertinya akan terwujud
menjadi kenyataan ketika mendapat uluran tangan terbuka dari mereka yang mulai
tersentuh hatinya. Subhanallah langit seperti mendengar doaku, perlahan langkah
menuju mimpi itu semakin dekat, impian ingin tertawa bersama mereka yang kurang
beruntung, impian ingin berbagi bersama mereka yang butuh canda dan tawa,
impian ingin memeluk mereka yang kadang kita dapati tidur beralaskan koran di
tepi jalan, impian untuk mengatakan kepada mereka bahwa Allah sayang kalian.
Komunitas
Sahabat Peduli, terbentuk pada tanggal 1 februari 2013. Akhirnya orang-orang
berhati mulia berkumpul dalam sebuah komunitas. Waktu demi waktu kami
mengumpulkan uang dalam celangan kardus, kami mengumpulkan baju dan barang yang
layak pakai. Teman-teman sangat antusias, sambil berfikir akhirnya aku sadar
ternyata ada banyak orang yang senang berbagi dan memiliki hati lembut serta
berjiwa inter personal. Karena uluran tangan mereka hingga keinginan ini dan
impian ini terselamatkan, karena teman-teman yang berhati malaikat itu hingga
tawa dan senyuman anak jalanan akan terselamatkan.
Kami hanya ingin berbagi, kami hanya ingin
belajar memberi, kami hanya ingin merasakan fitrah dari kebahagiaan yang
sebenarnya. Kami hanya ingin berbagi ilmu meskipun ilmu kami sangat nihil.
Wajah anak kecil yang polos dan tak berdosa itu bagaikan cahaya yang dapat
menerangi lelahnya menjalani aktivitas di kota metropolitan, melihat mereka tersenyum
lepas tanpa beban adalah kebahagiaan yang tak terbayarkan. Beralaskan koran
beratapkan langit dan tanpa selimut namun, mereka masih saja bisa tersenyum.
Mereka mengajarkan kekuatan dan keceriaan, meskipun hidup tak seindah yang
mereka kira. Mereka bersahabat dengan sampah yang bagi konglomerat justru
sangat menjijikkan, mereka berteman dengan kerasnya hidup di kota besar,
berteman dengan dunia malam ketika orang lain justru tidur nyenyak beralaskan
kasur. Sungguh miris ketika sepasang mata kita melihat itu semua.
Berbagi akan mengajarkan kita bersyukur,
memberi akan mengajarkan kita arti keikhlasan, Giving is a way to give thanks. Hidup bukan hanya untuk menerima,
namun harus bisa memberi dan berbagi, berbagi senyum, ilmu, rezeki dan apapun
yang akan dapat membuat saudara kita bahagia. Kebahagiaan yang hakiki adalah
ketika kita dapat membahagiakan orang lain, ketika senyum ikhlas orang lain
menyapa kita.
Garis
tangan yang berbeda akhirnya membawa jalan yang berbeda pada proses kehidupan
manusia, ada yang harus merintih dan melewati kerasnya perjuangan menemukan
nikmatnya hidup dan ada pula yang tak menapaki jalan berliku untuk menuju
tujuan dan impiannya. Wajah riang nan ceria itu hanya butuh kehidupan yang
layak, anak kecil yang berwajah polos itu hanya butuh uluran tangan ikhlas.
Mereka punya mimpi dan mereka berhak memiliki cita-cita, bukan hinaan dan
cemohan yang ingin mereka dengarkan tapi sepasang telinga mungil itu butuh
semangat dalam menapaki kerasnya hidup di tengah cemohan orang-orang yang
hatinya belum tersentuh, orang-orang yang matanya belum terbuka.
“Aku tak pernah meminta dilahirkan sebagai
pemulung”, jeritan hati mereka. Di tengah gunungan sampah dan tak sedapnya bau
di sekitar mereka hati itu menjerit namun mereka tetap tersenyum. Ketika
lingkungan itu adalah hal yang sangat buruk bagi orang lain, justru itulah
saksi perjalanan hidup yang mereka lewati dengan canda dan tawa. Komunitas
sahabat peduli datang dan akan menjadi pelita bagi hati yang mulia nan suci
itu, uluran tangan kami datang dan ingin berbagi. Senyum itu akhirnya terlihat
lagi, kita akan bergandengan tangan menuju mimpi mu.
Tepat
hari sabtu, tanggal 21 juni 2013. Waktu yang kami nanti, waktu paling berharga,
waktu yang kami rindukan. Hari itu kami berangkat ke lokasi Tempat Pembuangan
Akhir, tempat segunung sampah berada. Di tempat itulah kami ingin tersenyum,
berbagi tawa dan canda. Hari ini kami datang menghapus duka di wajah kalian,
hari ini kami datang membawa sejuta senyum untuk kalian, hari ini tawa kalian akan
bertambah. Berbekalkan beberapa kardus yang terkemas rapi, serta beberapa Iqra
yang sudah kami siapkan, mobil berwarna merah melaju ke tempat tujuan. Masih
teringat jelas wajah teman-temanku ketika mobil kami memasuki lokasi tersebut,
serentak mereka menutup hidung dengan ekspresi aneh. “kalian lihat betapa
mereka kuat dan bertahan hidup di tempat kumuh seperti ini”, kataku. Perjalanan
kita belum sampai kawan, sebentar lagi kalian akan tertawa lepas.
Setelah
tiba di lokasi tujuann, anak-anak mungil nan manis itu serentak bersorak
gembira atas kedatangan kami. Saat itulah kami merasa betapa berharganya hidup. Sepanjang acara perkenalan mereka masih sangat senang dan menyambut kami
dengan hangat. Setelah acara sambut menyambut berakhir, kami pun berbagi
sedikit ilmu kepada mereka, ada juga yang bermain dengan kakak-kakak yang
cantik dan baik hati. Ingin
rasanya tertawa kalau mengingat mereka tarik menarik berebutan ingin bermain,
tak kami lihat tawa selepas itu di tempat lain, tak kami temukan kebahagiaan
seperti ini meskipun ini hanya beberapa menit. Akhirnya mereka bisa tersenyum,
kami juga bisa tertawa. Jangan sedih sayang, kalian anak-anak beruntung karena
Tuhan masih mengizinkan kalian tertawa meskipun tak seberuntung mereka.
“Jangan berhenti kawan, kalian sangat
berhati mulia dan jangan berhenti disini karena masih banyak yang membutuhkan
uluran tangan lembutmu” (KOMUNITAS SAHABAT PEDULI).
Penulis: Hajrah